Rabu, 25 Desember 2013

Aku Menyikapi Ikhtilaf Bukan Menyikapi Natal

Aku tidak memungkiri adanya toleran. Toleransi yang ditawarkan Islam sangatlah tinggi. bagaimana tidak? Mereka yang kafir atau ingkar terhadap Islam pun masih dijamin kebebasannya dalam keyakinan (Lihat Surat Al Kafirun). Inilah limpahan Sifat Maha Kasih Allah, Ya Rahman, jelas-jelas ada yang mengingkari tapi tetap memberi keadilan di dunia.

Natal. Hal yang sangat salah kaprah, dari sisi pengkajian kitab maupun sejarah. Namun, biarlah. Itu sudah dimasukkan ke dalam agama mereka. Sekali lagi kita memang membenci orang-orang kafir, tapi kita harus berakhlak dengan baik kepada mereka yang tidak membuat kekacauan kepada kita. itu yang diajarkan Rasulullah.

Ulama' sepakat bahwasanya mengikuti peribadatan mereka adalah haram. Akan tetapi ada suatu ikhtilaf ulama' dalam hal pengucapan selamat natal itu sendiri. Aku memposting kultwit ustadz salim bukan berarti aku menerima mentah, tapi aku cuma ingin menunjukkan memang ada ulama' yang berselisih dalam hal ini.
Ada yang memasukkan pengucapan tersebut adalah persetujuan atas natal itu sendiri lebih dalam lagi persetujuan kepada agama yang dianutnya, tapi ada pula yang berpendapat bahwa pengucapan selamat tidak termasuk ridha atas akidah mereka/ agama mereka, ini pun harus memenuhi syarat-syarat yang diberikan. Ya perbedaan pendapat tersebut FAKTA. 

Lalu bagaimana dengan fatwa MUI tahun 1981 itu, tidak dijelaskan memang perihal ucapan, mungkin (persepsiku sendiri sih) MUI juga melihat perbedaan dalam kontroversi pengucapan akan hal ini, bisa jadi para 'ulama di MUI pun demikian. Sehingga memang harus mengambil jalan tengah. Tidak masalah sih mau diharamkan pengucapan selamat, tapi memang harus ditekankan bahwa walaupun tidak mengucapkan selamat bukan berarti umat Islam tidak toleran. Mau dibolehkan secara mutlak, juga berbahaya karena bisa jadi pengucapan itu akan sampai kepada pengakuan akidah terhadap orang-orang kafir. Sehingga pembolehannya dengan prasyarat-prasyarat. Ya, mungkin seperti itu ketika harus memikirkan mashlahah dan mudharat dalam sebuah negara.

Lalu bagaimana aku menanggapi natal ? Sekali lagi perbedaan pendapat tentang pengucapan adalah hal memang benar adanya. Aku ini siapa sih jika harus menilai para 'ulama dalam mentahrij pendapat-pendapat mereka ? Wah pasti sudah ada yang bilang kalau aku pun mengucapkan selamat natal. Aku jawab. Aku punya prinsip ketika berargumen dan hati-hati. Aku hanya menyikapi perbedaan pendapat 'ulama tersebut mencoba segenap potensi dengan ilmu yang sudah dianugerahkan Allah. Aku tetap tidak akan memilih untuk mengucapkan selamat, sebab aku sendiri berkeyakinan bahwa kecenderungan pengucapan selamat lebih masuk kepada ridha atas mereka terutama jika yang mengucapkan adalah orang awam. Aku lebih menyikapi perbedaan itu dengan hati-hati yaitu dengan kekhawatiran menjatuhkan diri jatuh kepada akidah. Simpel saja, lebih baik keluar dari perselisihan. Aku meyakini keharaman ikut 'nimbrung' kegiatan kemusyrikan dan toleran kepada mereka yang memilih pendapat 'mubah' kita toleran juga asal memang benar-benar mengetahui ilmunya.

Aku tegaskan sekali lagi. Postingan tentang kultwit Ustadz Salim yang aku posting cuma sekedar ingin menunjukkan memang benar adanya perbedaan dalam pemberian ucapan selamat. Dan aku tidak akan mengucapkan selamat natal bukan berarti aku tidak toleran. Toleransi jangan dilihat pada satu sisi. Apalagi sisi yang ada adalah sisi perdebatan antara termasuk masalah yang mendasar atau masuk ke cabang. Kita tetap harus arif dan berfikir. Semoga tidak ada prasangka kepadaku.

Hemat saya, Tidak mengucapkan selamat adalah lebih menjaga apa yang ada dalam dada kita.

0 komentar:

Posting Komentar