Senin, 05 Oktober 2015

Orasi Komandan #1

ORASI KOMANDAN
LBTD B15

Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.  Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada'. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim,  (TQS. Ali Imran,3: 139-140)

Barangsiapa yang menyangka bahwa Allah sekali-kali tiada menolongnya (Muhammad) di dunia dan akhirat, maka hendaklah ia merentangkan tali ke langit, kemudian hendaklah ia melaluinya, kemudian hendaklah ia pikirkan apakah tipu dayanya itu dapat melenyapkan apa yang menyakitkan hatinya. (TQS. Al Hajj,22: 15)

...Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa,(TQS. Al Hajj, 22:40)


Sesungguhnya roda kejayaan dan kehinaan senantiasa berputar hingga hari kiamat. Perjuangan Rasulullah adalah perjuangan dari bawah hingga melejit keatas sampai kejayaan kekhilafahan ala minhajin nubuwah. Lalu dipergilirkan kejayaan yang telah berada di puncak kejayaan. Telah melewati masa kejayaan pemuda bernama Shalahudin Al Ayyubi, Muhammad Al Fatih, para ulama’ yang memberi penerangan seantero bumi Allah, lalu Turki Utsmani yang runtuh. Hingga kita dapati sekarang dimasa kita berada dibawah kepemimpinan kekuasaan yang menggigit. Telah sampai masa kita bahwa kawan-kawan kita bukan lagi sebagai pejuang yang berdarah membela agama ini. Telah sampai bahwa para wanitanya sudah menjadi bahan obral disana-sini. Telah sampai kita kepada jalan sekularisasi yang memecah belah fitrah dimensi ilahiyah menuju dimensi poros kemanusiaan sebagai pusat kebenaran.

Dalam upaya menyambut roda kejayaan menuju keatas sebagaimana Imam Ahmad meriwayatkan datangnya kejayaan Islam. Tidak ada jalan lain selain kita senantiasa mengikuti gerak roda dalam keadaan istiqomah di jalan Allah pada waktu susah maupun bahagia. Siap menjadi garda terdepan dalam memukul mundur musuh-musuh Allah dengan kekuatan kita. Dengan membina basis dakwah yang bersimpul padu dalam persatuan dan kesatuan Islam.

Sekularisme. Telah merusak tatanan kehidupan. Memisahkan hubungan harmonis manusia dengan Rabb-Nya. Dalam diskursus sosiologi telah dikenal “Semakin masyarakat maju, semakin menurun komitmen mereka kepada agama.” Indonesia, bukan negara yang tak ber-Tuhan.Dimana dalam pembukaan UUD 1945 telah ada asas pemberian tanah merdeka Indonesia dari kuasa Allah?” Itu yang kiranya pelajar sekarang lupa yang lebih memilih dirinya tanpa pernah ada asal usul Tuhan yang menciptakannya dan Bangsa yang berdarah melahirkannya.

Sekulerisme menurunkan yang namanya sekularisasi diberbagai bidang terutama dalam tubuh pelajar yang membuat mereka berkeyakinan tanpa menjalankan syariat, pemisahan urusan Tuhan dan Hak asasi anak muda, dan kebebasan menentukan sikap yang memenuhi ambisi muda yang telah tercemar.

Dalam akhlak, pelajar mana yang tidak ingin pacaran. Dari SD hingga mereka yang berjenjang tinggi pun sangat tahu dan tentu ingin menikmatinya. Hingga di media sosial pun kabar-kabar pencabulan porno aksi maupun pornografi pun banyak beredar, hingga UNS dan UMS menerapkan area dilarang pacaran.

Khamr. Dalam setiap bentuk pelajar juga tidak lepas dari bahan-bahan syaithan ini. Divisi Humas Mabes Polri mengeluarkan berita pada Bulan Mei bahwa anak-anak pelajar pun sudah dilibatkan oleh orang tak bertanggungjawab dalam peredaran narkoba. Anak-anak SD dilingkungan pedesaan pun sudah biasa dengan minuman beralkohol.

Ilmu. Bulan April kemarin,peringatan Hari Kartini di SMPN2 Sragen pun tidak luput dari pembodohan aqidah. Yakni dengan penghormatan sujud di depan foto Kartini. Dilanjut tentu bukan sekedar persoalan pembodohan tersebut rupanya menjadi kelemahan kita juga bahwa kondisi umat sekarang adalah kondisi yang jauh dari ilmu diin sehingga mudah sekali untuk diombang-ambingkan oleh dunia.

Semua ini adalah cara musuh-musuh Islam dalam melakukan pembodohan dan pengrusakan ke dalam tubuh pelajar Islam sebagai aset bangsa Indonesia ini. Maka dari itu sangat perlu kiranya Brigade PII membantu segenap kerja-kerja perbaikan dan mempersiapkannya melalui PII dan semua pihak yang mencintai agama dan negeri ini dalam melakukan perbaikan dengan jalan pembinaan dan penyerangan kembali kepada musuh Islam.

BRIGADE PII BERSIAPLAH MELIHAT TIRANI MUSUH, TUMBANGKAN. GAGALKAN MAKAR MUSUH ALLAH.

DALAM RODA KEJAYAAN UMAT. Diatas berarti kita mempertahankan kejayaan, berputar untuk memelihara nilainya hingga kita jatuh terkapar.

Dalam RODA KEJAYAAN UMAT. Dibawah berarti kita bangkit untuk senantiassa mengharapkan pertolongan agar kita menjadi pasukan yang dipilih untuk menyambut kejayaan Islam.

Inilah zaman kita. Kita tidak bisa memilih hidup se-zaman kala Rasulullah hidup, kemudian kita menjadi bagian dari tentaranya. Kita juga tidak bisa memilih hidup di zaman yang berada didepan masa kita, Al-Mahdi. Kita hidup di zaman sekarang. Di zaman yang memiliki tantangan kita sendiri. Inilah takdir yang telah dipilihkan Allah untuk kita. Tidak ada kata lain kecuali kita akan bertempur dan perang melawan musuh-Nya di zaman ini. Namun dengan keyakinan kebenaran yang telah dituliskan, bahwa ada suatu kaum yang istiqomah di setiap zamannya.

...Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.... (TQS. Ar Ra’d, 13: 11)
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (TQS. Al Baqarah, 2: 214)