Jumat, 20 Februari 2015

Lelaki-lelaki Fajir yang Menguatkan Diin

لا يدخل الجنة الا مؤمن و ان الله ليؤيد هذا الدين بالرجل الفا جر (رواه البخاري)

Tidak akan masuk surga kecuali orang yang beriman. Dan sesungguhnya Allah niscaya menguatkan Diin ini dengan orang (laki-laki) yang faajir (durhaka). HR Bukhari


Hadits ini keluar berkenaan seorang pemuda yang dikenal gagah dalam setiap peperangan hingga sampai kepada peperangan Khaibar ia masuk dalam ahli neraka. Ia bernama Quzman, dalam sejarah kisah ini sangat masyhur. Seorang Quzman yang terlibat perang Uhud sekalipun pada perang Khaibar, Rasululullah –shallallaahu ‘alaihi wa sallam- diawal perang menyebutnya sebagai ahli neraka. Beliau –shallallaahu ‘alaihi wa sallam- mengatakan, “Sesungguhnya Quzman termasuk ahli neraka.”

Para sahabat yang melihat Quzman tentu saja merasa heran. Lelaki yang senantiasa terlibat perang dengan gagah berani dan bersemangat, juga sudah tidak disangsikan lagi kontribusinya terhadap Islam dinyatakan oleh Rasul-Nya sebagai ahli neraka.

Kebenaran segala sesuatu yang diucapkan oleh Beliau. Dimana pada akhirnya para sahabat menyaksikan sendiri akan kebenaran sabda Nabi. Pada perang Khaibar, Quzman mendapatkan banyak luka dan sangat parah. Namun Quzman tidak sabar akan luka yang ada dalam dirinya hingga pedangnya sendiri digunakan untuk mempercepat kematiannya dengan bunuh diri.

Dalam hal ini Munawar Khalil (penulis Kelengkapan Tarikh Nabi) mengomentari, “Nabi –shallallaahu ‘alaihi wa sallam-menyatakan terlebih dahulu bahwa Quzman adalah penghuni neraka, karena beliau lebih mengetahui keadaan orang ini sebenarnya, yakni Quzman itu seorang munafik yang berperang bukan karena Allah.”

Kisah Quzman yang sangat besar peran dalam mengokohkan kekuatan Islam dalam Perang Uhud, Khaibar, dan kegiatan-kegiatan lain –meskipun termasuk dalam ahli neraka-, akan mengingatkan ada lelaki lain yang memiliki jasa-jasa dalam membantu kokohnya Islam namun dalam keadaan tidak beriman. Lelaki-lelaki itu paman nabi Abu Thalib, Al-Muth’im bin Ady, Abdullah bin Uraiqith (saat belum masuk Islam), dan paman nabi Abbas (saat belum masuk Islam).

Paman nabi, Abu Thalib- yang melindungi Nabi-Nya dengan pengaruh politik dan kehormatannya dikalangan kaum Quraisy dalam memusuhi Nabi. Pamannya yang senantiasa mendukung Nabi dalam mendakwahkan Islam. Namun yang kita tahu ia bukanlah seorang yang mau diajak masuk Islam oleh keponakannya. Ia tetap menjadi seorang paganis.

Al Muth’im bin Ady – seorang yang melindungi nabi sepeninggal paman nabi, yang seorang paganis dan belum masuk Islam. Dalam ucapan Al Muth’im pernah mengatakan kepada kaumnya, “Wahai semua orang Quraisy, sesungguhnya aku telah memberi jaminan perlindungan kepada Muhammad. Tak seorang pun diantara kalian boleh bertindak semau sendiri terhadapnya.” Saat itu Abu Jahal yang mendengar kemudian berkomentar,”Apakah engkau hanya memberikan perlindungan ataukah menjadi pengikutnya (masuk Islam)?” jawab Al Muth’im,”Aku hanya memberikan jaminan perlindungan”.

Abdullah bin Uraiqith –penunjuk jalan nabi-. Yang saat itu belum masuk Islam pada hijrahnya Nabi dan Abu Bakar, ia menjadi penunjuk jalan Nabi ke Madinah.

Paman nabi, Abbas-memberi perlindungan-. Menyertai perlindungan Nabi dan jaminan perlindungan dalam bai’atul Aqabah yang kedua. Saat itu paman nabi Abbas juga belum masuk Islam.

0 komentar:

Posting Komentar