Sabtu, 18 Januari 2014

Sambung asa

Kawan, pernahkah engkau menonton film Three Idiots ? film yang sangat memberi banyak kita teladan kepada hidup dan pendidikan. Kawan, bahkan sampai hari ini aku menyaksikan diriku sendiri tengah menapak di fakultas pendidikan dengan senyum yang engkau saksikan tiap harinya. Engkau tahu bahwa aku ini bekas anak mipa. Mungkin engkau semuanya tahu apanya ada di diriku. Namun kawan, engkau tak akan pernah tahu apa yang menjadikan diriku selalu tersenyum dan sangat tegap untuk melangkah. Hingga kadang engkau menyaksikan sendiri karena banyak senyum dan kalimat yang ‘ceplos’ mengalir, bahwa aku ini tidak berfikir dengan keadaaanku sendiri. Kawan, kKalau engkau terus mengeluh dengan keadaanmu sekarang, lalu bagaimana dengan aku? Bukankah aku anak matematika murni? Tapi itu rupanya masih menjadikanku tidak lulus. Kawan, cobalah engkau muhasabah diri tentang kualitas. Aku yakin apa yang ada didalam dirimu bukan hanya yang engkau bawa sendiri. Banyak kemuliaan dalam dirimu. Sungguh. Aku mencermati kalian. Ingat kawan, usahamu tidak akan pernah sia-sia, bahkan aku akan menjamin ketika niat engkau adalah niat yang tinggi maka “All iz well.”


Kawan, banyak pelajaran dari kalimat “all iz well”. Kawan, aku tahu engkau adalah manusia yang sangat suka dengan matematika, begitu pun diriku. Sekali lagi engkau tentukan bahwa itu yang kamu suka. Perihal nilai, prestasi , atau apa pun tidak memberimu peluang atas cintamu tapi engkau telah mencurahkan cintamu. Berbahagialah dengan hal itu. “All iz well” suatu makna husnudzan, engkau harus memegang kuat-kuat itu kawan. Bahkan engkau bercita dengan menjadi guru, yang menjadi esensi dari kualitasmu menjadi guru adalah bukan karena pekerjaan, kawan. Tapi engkau lebih bahkan harus dengan esensi yang tinggi mengapa engkau menjadi guru.

Aku punya cerita tentang nasihat guruku, lebih tepat ustadzku. Ketika kami semangat-semangatnya I’tikat dengan jihad(dalam hal ini perang), dengan halus beliau menasihati dengan nasihat yang tidak samasekali memadamkan semangat kami. Beliau sekedar mengatakan,”Kalian tetap harus meniatkan dan menjaga niat tersebut tapi kalian juga harus mengerti keadaan kalian masing-masing. Keadaan kalian berbeda-beda. Kalian lihat kemampuan kalian masing-masing. Kalian tidak harus serta-merta turun di medan sekarang. Kalian yang suka dengan ilmu jadilah ilmuwan yang berguna bagi mujahid, temukan itu senjata yang dahsyat. Kalian yang ingin menjadi guru, jadilah guru yang melahirkan banyak tulang sulbi pejuang. Kalian yang orang kaya, dirikan pabrik senjata untuk mujahid. Sumbang mujahid disana. Kalian yang harus menjadi da’I, jadilah da’I yang akan menyebarkan tauhid dan jihad di tanah kalian berpijak. …” masyaaallaah sungguh agung sikap yang diambil seorang guru tanpa menurunkan semangat para muridnya.

Engkau pasti tahu kakak tingkat kita yang selalu mengulang di mata kuliah matematikanya. Yang selalu ku sindir dengan catatan kalkulusnya, tapi yang diberikan adalah avatar-avatar komiknya. Kalian pasti tahu. Kalian juga tahu , yang lebih suka IT, dan dia mengatakan akan mencoba tes ulang masuk perguruan tinggi lagi dengan jurusan IT tersebut. Aku sebagai ketua angkatan sangat mendukung malah dengan keputusan yang demikian. Terus ada lagi kalau kalian memperhatikan , ada kakak tingkat yang lebih suka kepada cerpen-cerpennya dan sastra. Ada yang bisa berbahasa Jepang dengan melihat anime. Ada yang suka berpolitik praktis. Hingga ada yang benar-benar seperti Pak Guru dan Bu Guru. Yah walau tidak ada hujan, tapi ada pelangi di dalam komunitas kita. Itu lah kawan, sedang apa kita berada sekarang, suatu saat tidak semuanya menjadi guru. Kalian harus memilih jalan yang kalian senangi. Itu pun dengan ku. Kalian yakin ya !

Jadi, kawan hanya saja ketika aku menasihati dengan suatu keyakinan, bisa saja engkau berpaling walapun nasihatku benar. Aku tahu bahwa keyakinan bagian bagi kalian adalah suatu yang abstrak. Sehingga engkau akan mengatakan bahwa yang aku katakan tidak semudah untuk dilakukan. Kawan, bahkan itu sama ketika engkau belajar matematika. Suatu yang abstrak, yang diyakini, sulit dikerjakan. Hanya saja dengan percaya matematika lalu engkau benar dalam menaruh keyakinan tersebut maka engkau akan menemukan bahwa matematika bermanfaat. Itulah kwan mengapa engkau harus tetap hidup dengan proses. Engakau harus benar dalam proses. Senyum ya kawan.


Kawan,
Jangan putuskan asamu,
Aku akan bersamamu.
Semuanya akan baik-baik saja,
All iz well.

“3 Idiots” selalu menjadi penghibur.

Catatan semester satu di FKIP Pendidikan Matematika : Engkau akan menjadikan dirimu yang kau mau, bukan engkau menjadi yang universitas mau.

0 komentar:

Posting Komentar