Sabtu, 18 Januari 2014

18.41.00 - No comments

Menjadi Orangtua yang Baik

Walaupun usianya belia tapi kepribadian yang ditanamkan orangtuanya mampu mematangkan dirinya jauh dengan usianya. Tercermin dari logika keimanan yang diterimanya dengan sempurna. Bahkan logika keimanan itu sendiri diuji oleh Tuhannya melalui bapaknya sendiri, Ibrahim.
"Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" tawar bapaknya dengan kalimat yang sangat lembut.
Tanpa ragu si anak menjawab,"Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar"
(terkisahkan pada QS. Ash Shaffaat : 102)

Jika hari ini banyak yang mengeluh dengan anak yang tidak berbakti, Nabi Ibrahim telah menunjukkan kesuksesannya dalam menjadikan cinta yang diberikan kepada Ismail merubah menjadi sosok bakti yang besar. Tidak sedikit dengan kisah ini akan berkilah dengan alasan bahwa Ibrahim dan Ismail adalah Nabi sehingga sanggup seperti itu, yang tidak akan pernah bisa disamakan dengan manusia seperti kita. Bukankah Nabi Ibrahim Uswatun Hasanah? Sehingga kata Allah kita diperintah untuk mengikuti ?

Bersiap diri menjadi orangtua yang baik.
Sebagaimana diketahui tahu Nabi Ibrahim adalah nabi dimana beliau mendapatkan karunia anak ketika sudah berusia yang tua. Namun, entah dikaruniakan anak atau tidak Nabi Ibrahim telah menyiapkan dirinya untuk menjadi orangtua yang baik. Menjadi sosok teladan yang baik. Dari perjuangan beliau menumpas berhala, dakwahnya yang politis dan lembut, melaksanakan perintah Allah tanpa menunda , dll yang semuanya itu mencerminkan keshalihan yang sempurna.

Jauh sebelum Ismail lahir, Ibrahim selalu berdo’a untuk dikaruniakan anak karena ia telah berusia lanjut. Namun, lebih dari itu ia berdo’a agar dikaruniakan anak yang shalih. "Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.” (QS. Ash Shaffaat : 100). Ustadz Fauzil Adhim mengatakan bahwa banyak orangtua yang berhasil mendidik anak adalah dengan doa-doa yang tulus, anak tumbuh menjadi penyejuk mata yang membawa kebaikan dikarenakan amat besarnya pengharpan orangtua tersebut kepada Allah.

 Disisi lain istri beliau, Hajar, pun bersiap diri menjadi ibu yang baik. Ketika Ismail dan dirinya hendak ditinggalkan Ibrahim demi menjalankan perintah Allah, dia mengatakan, “Apakah Allah memerintahkan hal ini ? ”, “Iya” jawab sang suami. Maka dengan kekuatan imannya yang kokoh dia merelakannya. “Kalau begitu , Allah tidak akan menyia-nyiakan kami.”

Sebenarnya menjadi orangtua yang baik adalah tidak lain menjadi diri kita yang baik pula. Rasulullaah sendiri menjadikan agama sebagai pertimbangan dalam memilih pasangan baik itu laki-laki maupun perempuan. Sebab dengan agamalah orangtua itu baik, pernikahan itu baik sekaligus akan menuntun anaknya ke arah kebaikan. Jika kita tarik garis lurus kebelakang maka bahwa menjadi orangtua yang baik adalah kita mempersiapkan ketika kita belum menjadi orangtua, bukan tiba-tiba menjadi baik ketika menjadi orangtua.

Lebih dalam lagi, ketika kita menyaksikan banyak anak yang tidak berbakti kepada orangtuanya adalah hal yang pertama bagi kita –calon orangtua- adalah muhasabah diri kita bahwa sudah baikkah kita ? jika kita menginginkan anak-anak yang baik maka jadikan diri kita -calon- orangtua yang baik. Jika kita merindukan anak-anak yang berbakti maka jadikanlah diri kita menjadi sosok -calon- orangtua yang pantas mendapatkan bakti.

0 komentar:

Posting Komentar