Kamis, 07 Januari 2016

Percayakan Kader Muda


Membahas organisasi kader dan pergerakan memang suatu yang niscaya didalamnya senantiasa “mengkader” dan “bergerak”.

Dimulai dari sebuah pergantian pengurus, roda organisasi dengan nafas yang baru dijalankan. Tidak semuanya orang-orang baru. Didalamnya juga terdapat orang-orang lama (yang sudah tua maupun yang masih muda). Kebanyakan yang memegang posisi penting adalah kader yang sebelumnya sudah berpengalaman dengan irisan usia yang relatif muda atau sebelumnya tidak terlalu lama di organisasi tersebut.

Terkadang kita sulit meninggalkan asas “Yang Tua Mengatur Yang Muda”, kata lain pakewuh dalam memerintah jika yang dipiumpin adalah orang yang lebih tua dari yang muda. Padahal seharusnya asas yang dipakai adalah “Pemimpin Mengatur Pasukannya”. Namun, rupanya tidak semudah idealisme slogan yang senantiasa kita senandungkan. Tidak tahu dalam hal ini akar masalah pada pemimpin yang tidak berani mengambil otoritas, sosok tua yang merasa senior juga tidak mau diatur, atau sosok muda yang pakewuh, atau bisa jadi kita yang hidup sebagai orang jawa yang memegang adat ewuh-pakewuh? Entah semuanya bisa saja menjadi sebab. Kita yang merasakan, maka kita yang harus segera memberi solusi. (solusi sementara sih sosok tua dialih fungsikan bukan pada struktural, saatnya mereka yang menghidupi kita dengan uangnya. hehe)

Pada kenyataannya sosok tua memang seakan-akan dibutuhkan dalam berbagi pengalamannya namun semakin berjalannya roda organisasi rupanya kebutuhan organisasi bukan pada pengalaman mereka.

Lebih besar dalam dunia organisasi kader dan pergerakan adalah kebutuhan akan kader muda yang ideal, musyawarah yang cerdas-bijaksana, kesetiaan kepada pemimpinnya dan mufakatnya, dan bergerak satu usia satu nasib dalam bingkai aksi program kerja.

 Seolah-olah kita diingatkan masa lalu para pengurus yang masih muda dengan analisa kekhawatiran-kekhawatiran. Padahal kader muda ada untuk menjawab kreasi dan inovasi dijamannya dengan analisa mereka menjamah jaman mereka; masa kini dan kekinian. (Jangan matikan semangat kreativitas kader muda bung... yang ketika mereka berpendapat harus disela dan dikuliti habis-habisan. Mereka sedang belajar mencari celah solusi dari masalah yang timbul.). namun, pada kenyataannya yang tua masih tetap mendominasi.

Sebenarnya tidak masalah adanya sosok tua dalam satu tubuh tapi syaratnya ia berada posisi pemimpin yang diikuti atau yang jika berada pada posisi yang dipimpin maka ia tidak banyak menanyakan hal yang bukan inti, harus memiliki kesetiaan kepada yang muda, bisa memposisikan sebagai motivator bukan penilai, dan yang paling penting tidak banyak komentar sehingga lebih mendominasi daripada mereka yang muda. Apakah ini otoriter? Bukan, ini etika kepemimpinan.

Tentu kita akan mengingat kaum muda teladan yang diberikan kesempatan Rasulullah dalam beberapa kisah. Usamah muda anak Zaid bin Haritsah ditunjuk sebagai komandan pasukan operasi militer, Mush’ab Sang Utusan, Ali yang cerdas di segala bidang, A’isyah belia yang dipilih Rasul, dan Sahabat muda lainnya ssaat itu. yang muda-muda itulah yang seharusnya kita beri kesempatan untuk menapaki “pengkaderan remaja” sebagai kesinambungan generasi selanjutnya. Lalu bagaimana dengan yang Tua? Biar mereka menjadi teladan kita, yang memberi nasihat kita, dan kita pelajari keahliannya, kita ikuti jejak mereka dengan cara kita,tentu diluar ring mereka.

Kalau begitu sekarang kita harus memberi tahu dengan sopan”Hai yang Tua tau dirilah, ini masa kami yang muda menunjukkan prestasi dengan cara sendiri dan mandiri.”

Kalian yang muda juga harus sadar jangan mau diatur-atur sedang kamu yang memipin. katakan “Inilah aku (prestasiku)!” Bukan “Ada orang tua disebelahkuku!”

Percayakan kami; Kader Muda! Semua akan baik-baik saja!

0 komentar:

Posting Komentar