Sabtu, 06 Desember 2014

Merindukan Kuliah

Bagi seorang yang sedikit mengikuti waktu perkuliahan, kuliah adalah waktu yang sangat dirindukan.

Semester tiga menuntut aku mengambil sedikit sks. Jauh, benar-benar jauh dari batas normal. Kuliah yang aku hanya mendapat batas selama 3 hari saja itu pun bukan jadwal yang padat. Namun, dari hal itu sangat masih tetap berdiri dan merasa belum apa-apalah dibanding perjuangan teman2 yang telah mengorbankan lebih dari yang ku korbankan. Mungkin disisi lain adalah lalainya diri aku, tapi jika tidak demikian sama saja aku mengorbankan sesuatu yang lebih besar. Hanya seperti ini yang bisa ku persembahkan pada-Mu Ya Allah.
Maafkan anakmu ibu, yang -mungkin- lalai dari kuliahnya, tapi aku hanya ingin mempersembahkan padamu yang lebih besar dari sekedar nilai kuliah. Hari ini engkau tidak menyukainya namun semoga suatu saat engkau menyukainya.
Aku kira sedikitnya jadwal, aku akan memiliki banyak waktu untuk belajar untuk mengkonter nilai aku, juga banyak waktu untuk mencoba bisnis yang ingin dirintis, atau bisa lebih intensif untuk PII-ku atau bahkan menghabiskan buku-buku yang ku beli dan belum habis ku membacanya: Filsafat Ilmu, Evolusi Kristen, Perempuan Hallerina, atau terjemahan kitab-kitab misalnya. Aku kira memang begitu bisa lebih intensif mendesain poster-poster dakwah atau sekedar membuat tulisan-tulisan bermakna. Ah aku kira.
Olahan sebab-akibat yang ku buat melesat atas asbab yang menjadi sebab mutlak. Sudah memang melewati sehari-dua hari kuliah lancar. Bisnis? Mencoba berjualan. Eh harus ada kegiatan ini dan itu. kesibukan yang direncanakan diterjang dengan kesibukan yang lain. Mulai dari intensitas waktu-waktu yang tersita. Tidak masalah, alhamdulillaah menambah kesibukan daripada harus menjadi penghuni kos atau kampus yang kurang produktif.
Satu dua kuliah tidak ku ikuti. Membolos untuk keperluan yang lebih besar –sekali lagi menurutku-. Dari urusan PII hingga urusan keluarga (memang semenjak ini Allah sedang menguji kami, jadi harus intensif PP hingga sering tidak masuk kuliah juga), tapi benar, aku sangat menikmatinya atau terpaksa menikmatinya. Hanya saja keyakinan yang ada didada bahwa waktu yang terlimpah akan Allah ganti waktu yang panjang didalam balasan nikmat-Nya. Hanya janji Allah yang bisa menghibur, yang Maha menepati janjinya.
Kemudian, aku sangat bahagia dalam satu atau dua kuliah yang ku ikuti atau aku juga terkucilkan karena jarang masuk kuliah. Namun, diluar hal itu betapa aku sangat merindukan kuliah. Lebih-lebih satu mata kuliah matematika. Meski sekali lagi jarang tidak masuk namun aku tetap mengkajinya, semampuku, dengan pendapat-pendapatku sendiri.
Aku yang jarang kuliah, sangat merindukan kuliah. Sebagaimana mereka kuliah. Berdiskusi tentang mata kuliah yang menjadi keluh kesahnya (seharusnya aku juga). Atau bahkan ekspresi emosi yang keluar dari masing-masing wajah teman-temanku yang melihat nilai-nilainya. Yang nilai-nilai bagiku sudah tidak terlalu menjadi tuntutanku.

Waktu tidak bisa kuliah adalah waktu mahasiswa merindukan kuliah.

0 komentar:

Posting Komentar