Jumat, 02 Mei 2014

Menghadapi Siklus Kesuksesan dan Kegagalan

Dalam hidup sering kali kita ditujukan ke dalam dua pilihan yang sulit. Bahkan lebih ekstrim sering disebut dengan buah simalakama. Namun, disisi lain dalam hidup pula suatu kalimat indah mengajarkan kita bahwa setiap insan yang sukses ialah yang bijak mengambil suatu keputusan dalam dualisme pilihan yang sulit dan berani mempertanggungjawabkannya.

Pada hakikatnya kesuksesan yang kita peroleh adalah nikmat pemberian Allah ta’aalaa, sebagaimana firman-Nya,

“Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepadanya di (muka) bumi, dan Kami telah memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu,” (Terjemah QS. Al Kahfi : 84)

Sepakat ya? Jadi jangan semata-mata berfikir seperti Qarun ya bahwa semuanya berkat usaha diri sendiri.

Sebenarnya kesuksesan dan kegagalan adalah hal yang berulang dan itu hal yang biasa. Allah sering memberi kita pelajaran pada kisah-kisah dalam alQuran, bahkan tidak sedikit kisah itu diulang-ulang. Senang, sedih, sukses, gagal, bangsa yang dimuliakan, bangsa yang dihinakan, dan lain-lain. Dan inilah sebenarnya kisah dan keadaaan yang selalu berulang akan menjawab sebuah siklus kesuksesan dan kegagalan.

Secara manusiawi, orang yang akan sukses maka akan bertanya kepada orang yang pernah sukses. Orang yang gagal akan bertanya kepada orang yang sukses juga atau orang yang pernah mengalami hal yang sama namun mampu bangkit. Ya, orang yang berpengalaman biasanya menjadi tempat konsultasi permasalahan.

Allah sudah memberi jawaban semua dari siklus dua sisi yang berlawwanan ini melalui kisah-kisah. Maka tidak heran bahwa kisah membuat orang akan lebih bijak. Maka Masyaaallaah ta’aalaa, Ya Rabb Yang Maha Bijaksana.

Islam mengajarkan sebuah ideologi yang sempurna sebagai sebuah ideologi proses dan kesuksesan, hingga menghadapi kegagalan. Sebuah nasihat yang sangat bijaksana dari Sayyidina Umar bin Kaththab radhiyallaahu ‘anhu,

Aku tidak bahagia dengan kesuksesan yang tidak aku rencanakan dan aku tidak menyesal dengan sesuatu yang sudah direncanakan disertai usaha yang maksimal kemudian tidak berhasil.

Mengajarkan bahwa usaha dan kesuksesan adalah penting. Merencanakan takdir untuk sukses dengan membuat perencanaan-perencanaan sebab akibat yaitu dengan (perhitungan yang matang) juga merencanakan menghadapi kegagalan yang tentunya bukan untuk gagal yaitu untuk memperbaiki dan bangkit dari kegagalan. Bahkan bisa dibilang merencanakan kegagalan adalah sesuai pertimbangan bahwa suatu ketika kita tahu akan gagal dengan hal yang tidak bisa kita elakkan, yaitu kegagalan yang harus benar-benar dialami. Sehingga ideology sukses akan mengatakan “Saya tahu akan jatuh maka saya akan (mengalami) jatuh namun saya (tahu) merencanakan untuk bangkit”.

Jadi masih berfikir bahwa ideology ‘kita’ adalah ideology proses saja? Dan masihkah mau berputus asa ketika gagal?
Hadapilah siklus kesuksesan dan kegagalan dengan iman. :)

Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan memberikan baginya jalan ke luar (bagi semua urusannya). Dan memberinya rezki dari arah yang tidada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (segala keperluan)nya” (QS ath-Thalaaq:2-3).

0 komentar:

Posting Komentar