Jumat, 10 Juli 2015

Melunasi Rasa

Rabu malam, tidak ada yang bisa ku tawarkan kecuali kesusahan yang diselimuti segala keterbatasanku. Meski dalam lubuk hati sangat ingin membahagiakanmu tapi aku belum bisa membawakan sebongkah batu kebahagiaan kepadamu.

Namun, dalam jalan syariat aku mencoba teguh. Berani layaknya pejantan muslim yang bertanggungjawab atas rasa yang pernah tertanam dan terbina. Dalam harap, doa, dan keoptimisan aku senantiasa memanjatkan bahwa akhirnya engkaulah yang dipilihkan Dia.

dia kado dari Dia

Bagiku kelebihanmu adalah kekurangan dan kekuranganmu adalah kelebihan di mataku. Bahkan seperti yang kau ucap tentang kebersamaan dalam perjuangan dan ujian. Itulah yang nanti membuat kita kuat. Bahwa ketika diatas adalah anugerah Allah yang tiada terkira. Ketika dibawah adalah bertahan.

Karena telah terlanjur lukisan namamu di hati, sudah terlanjur indah dan mendalam rasa. Ketika itu tiadalah lain selain aku tuliskan dalam bait-bait kesungguhanku. Dalam titah yang ingin dipenakan pada lembaran takdir, meski aku seorang hamba. Lalu ku bawa lembaran itu menghadap kepada Rabbku bahwa aku ingin mendekatimu dalam janji ikatan suci.

Lalu hanya dengan alasan inilah keberanianku muncul.
Karena kecintaanku kepada Rabbku, agar mencintaimu dengan syariat-Nya.
Karena kecintaanku kepada Nabiku, agar mencintamu dengan sunnahnya.
Karena kecintaanku kepada dakwah ini, agar mencintaimu untuk kita menyeru bersama.

Lalu karena kecintaanku kepadamulah, agar aku mencintaimu untuk melunasi rasaku.

0 komentar:

Posting Komentar