08.46.00 -
OPINI
No comments
Jam Karet itu Punya Mahasiswa
Menyoroti soal kegiatan
mahasiswa, saya cenderung kepada keefektifan waktu mereka yaitu tepet waktu.
Terselip dalam fikir, “Bisa gak sih mahasiswa itu tepat waktu?”. Pengalaman
selama ini menjadi mahasiswa selama dua semester saya belum menemui
kegiatan-kegiatan dari UKM mereka itu tepat waktu(maaf jika ada yang bagian
mereka yang tepat waktu tapi secara kenyataan seperti itu ). Misal ada kegiatan
jam delapan tapi –lagi dan lagi- pasti molor setengah hingga satu jam. Oh…
teman mahasiswa Time is money.
Jangan sia-siakan waktu, cobalah untuk selalu tepat waktu. Kasian tuh yang dating awal bisa-bisa garing jadi patung. Hehe maaf.
Jangan sia-siakan waktu, cobalah untuk selalu tepat waktu. Kasian tuh yang dating awal bisa-bisa garing jadi patung. Hehe maaf.
Jam karet rupanya sudah menjadi
sosok mental dalam diri mahasiswa. Mereka selalu memprediksikan
kegiatan-kegiatan dengan acuan ‘jam molor’.
Ada kegiatan selalu ditambah jam molor. Oleh karena sudah menjadi sosok mental, jadi tak lucu juga kalau hal itu sulit diubah sehingga peserta atau tamu undangan pun tertular mental jam karet tersebut. Undangan jam 8, ah nanti paling dimulai jam setengah Sembilan, jadi berangkat jam tersebut sajalah. Hei ternyata peserta tiba jam 9. Belum lagi ditambah kalau yang datang baru sedikit, bisa-bisa kebijakan panitia kegiatan memolorkan karetnya lagi. Oh… parah dong, tidak kasihan toh, kepada mereka yang punya jiwa ksatria selalu tepat waktu yang akibatnya timbul beberapa opsi yaitu bosan seakan-akan menjadi patung, malas mengikuti kegiatan selanjutnya atau bahkan dikhawatirkan karena seringnya menghadapi hal seperti ini ‘ksatri’ akan tertular mental “Jam Karet Mahasiswa”. Oh semoga hal ini bisa diubah.
Ada kegiatan selalu ditambah jam molor. Oleh karena sudah menjadi sosok mental, jadi tak lucu juga kalau hal itu sulit diubah sehingga peserta atau tamu undangan pun tertular mental jam karet tersebut. Undangan jam 8, ah nanti paling dimulai jam setengah Sembilan, jadi berangkat jam tersebut sajalah. Hei ternyata peserta tiba jam 9. Belum lagi ditambah kalau yang datang baru sedikit, bisa-bisa kebijakan panitia kegiatan memolorkan karetnya lagi. Oh… parah dong, tidak kasihan toh, kepada mereka yang punya jiwa ksatria selalu tepat waktu yang akibatnya timbul beberapa opsi yaitu bosan seakan-akan menjadi patung, malas mengikuti kegiatan selanjutnya atau bahkan dikhawatirkan karena seringnya menghadapi hal seperti ini ‘ksatri’ akan tertular mental “Jam Karet Mahasiswa”. Oh semoga hal ini bisa diubah.
Lalu jam karet seperti ini salah
siapa?
Seperti halnya masalah lingkaran,
tidak ada ujung permasalahan. Sulit dideteksi, yang paling pokok menghadapi
masalah seperti ini adalah kesadaran masing-masing. Panitia kegiatan (mahasiswa
itu sendiri)tegas dalam menentukan sikap terhadap kegiatan dan peserta atau undangan juga termasuk kebijakan
waktu, kalau bisa tidak memberi toleransi waktu kemoloran atau keterlambatan
dan banyaknya peserta. Tidak terpaut berapa peserta yang datang. Sisi lain
yaitu para undangan atau peserta hendaknya juga tepat waktu dalam keharian
sesuai jadwal, minimal itu menghargai yang punya kegiatan juga. Agar ketika
dimulai panitia pun tidak mengambil kebijakan-kebijakan mendadak yang
mempengaruhi kegitan itu. Parahnya lagi suatu kemoloran yang sebenarnya bukan
sepenhnya salah panitia , peserta suka mengeluh. Ih… kayak maling teriak
maling.
Jadi, oleh saya sendiri
menghimbau untuk kesadaran kepada teman-teman mahasiswa supaya bersikap ksatria
dalam menyelenggarakan kegiatan dan kepesertaan. Juga seperti yang telah
terurai diatas. Ingat bangsa Indonesia ini akan maju melalui mahasiswa ksatria.
0 komentar:
Posting Komentar