18.41.00 -
KAJIAN
No comments
Menjadi Orangtua yang Baik
Walaupun usianya belia tapi kepribadian yang ditanamkan orangtuanya
mampu mematangkan dirinya jauh dengan usianya. Tercermin dari logika keimanan
yang diterimanya dengan sempurna. Bahkan logika keimanan itu sendiri diuji oleh
Tuhannya melalui bapaknya sendiri, Ibrahim.
"Hai anakku sesungguhnya aku melihat
dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!"
tawar bapaknya dengan kalimat yang sangat lembut.
Tanpa ragu si anak menjawab,"Hai
bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan
mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar"
(terkisahkan pada QS. Ash Shaffaat : 102)
Jika hari ini banyak yang mengeluh dengan
anak yang tidak berbakti, Nabi Ibrahim telah menunjukkan kesuksesannya dalam
menjadikan cinta yang diberikan kepada Ismail merubah menjadi sosok bakti yang
besar. Tidak sedikit dengan kisah ini akan berkilah dengan alasan bahwa Ibrahim
dan Ismail adalah Nabi sehingga sanggup seperti itu, yang tidak akan pernah
bisa disamakan dengan manusia seperti kita. Bukankah Nabi Ibrahim Uswatun
Hasanah? Sehingga kata Allah kita diperintah untuk mengikuti ?
Bersiap
diri menjadi orangtua yang baik.
Sebagaimana
diketahui tahu Nabi Ibrahim adalah nabi dimana beliau mendapatkan karunia anak
ketika sudah berusia yang tua. Namun, entah dikaruniakan anak atau tidak Nabi
Ibrahim telah menyiapkan dirinya untuk menjadi orangtua yang baik. Menjadi
sosok teladan yang baik. Dari perjuangan beliau menumpas berhala, dakwahnya
yang politis dan lembut, melaksanakan perintah Allah tanpa menunda , dll yang
semuanya itu mencerminkan keshalihan yang sempurna.
Jauh sebelum Ismail lahir, Ibrahim selalu
berdo’a untuk dikaruniakan anak karena ia telah berusia lanjut. Namun, lebih
dari itu ia berdo’a agar dikaruniakan anak yang shalih. "Ya Tuhanku,
anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.”
(QS. Ash Shaffaat : 100). Ustadz Fauzil Adhim mengatakan bahwa banyak orangtua
yang berhasil mendidik anak adalah dengan doa-doa yang tulus, anak tumbuh
menjadi penyejuk mata yang membawa kebaikan dikarenakan amat besarnya
pengharpan orangtua tersebut kepada Allah.
Disisi lain istri beliau, Hajar, pun bersiap
diri menjadi ibu yang baik. Ketika Ismail dan dirinya hendak ditinggalkan
Ibrahim demi menjalankan perintah Allah, dia mengatakan, “Apakah Allah
memerintahkan hal ini ? ”, “Iya” jawab sang suami. Maka dengan kekuatan imannya
yang kokoh dia merelakannya. “Kalau begitu , Allah tidak akan menyia-nyiakan
kami.”
Sebenarnya menjadi orangtua yang baik adalah
tidak lain menjadi diri kita yang baik pula. Rasulullaah sendiri menjadikan
agama sebagai pertimbangan dalam memilih pasangan baik itu laki-laki maupun
perempuan. Sebab dengan agamalah orangtua itu baik, pernikahan itu baik
sekaligus akan menuntun anaknya ke arah kebaikan. Jika kita tarik garis lurus
kebelakang maka bahwa menjadi orangtua yang baik adalah kita mempersiapkan
ketika kita belum menjadi orangtua, bukan tiba-tiba menjadi baik ketika menjadi
orangtua.
Lebih dalam lagi, ketika kita menyaksikan
banyak anak yang tidak berbakti kepada orangtuanya adalah hal yang pertama bagi
kita –calon orangtua- adalah muhasabah diri kita bahwa sudah baikkah kita ?
jika kita menginginkan anak-anak yang baik maka jadikan diri kita -calon-
orangtua yang baik. Jika kita merindukan anak-anak yang berbakti maka
jadikanlah diri kita menjadi sosok -calon- orangtua yang pantas mendapatkan
bakti.
0 komentar:
Posting Komentar