07.27.00 -
OPINI
No comments
Bali : Dakwah atau Boikot
Bali, tempat yang populer dengan
berbagai keindahan alamnya. Namun, menurut aku tercoreng, dengan adanya
budaya-budaya tidak elok dipandang terutama pakaian terhormatnya bangsa
ketimuran. Dulu pernah saya sangat pro-aktif dalam mengkampanyekan boikot
wisata ke Bali. Bagiku untuk apa kesana, keindahan alamnya tertutup oleh hawa
porno yang tidak pantas dilihat, budaya-budaya hindu, dan tentu (saat itu) saya
meyakini bahwa tempat pariwisata di Bali, pada tempat-tempat makannya banyak
menjual minuman keras. Oke, itu dulu. Skip.
Bali, sebuah tempat minim da’i.
Mmm,,,rupanya memang kebanyakan
dari berfikir seperti diatas bahwa Bali tidak perlu dikunjungi karena banyak
hal-hal maksiat yang tidak perlu dipandang maka bisa jadi dampak Bali jarang
dilirik sebagai lahan dakwah. Lahan dakwah yang sering didapati adalah
tempat-tempat pelosok diberbagai nusantara, sehingga disana banyak dikirim
da’i. Disinggungnya tempat-tempat pelosok itu perlu adanya sentuhan dakwah,
namun coba boleh menyorot keadaan di Bali dan umat muslim disana, yang
dibutuhkan ternyata bukan sekedar sentuhan dakwah tapi juga pertolongan dakwah.
Jika ditempat pelosok yang menjadi musuh adalah kebodohan sedangkan di Bali
adalah apersepsi dari umat Islam sendiri ditambah orang-orang kafir yang tidak
pernah suka dengan Islam.
Jarang mendengar aku pengiriman
da’i ke Bali. Tantangan disana kalaupun ada utusan sekalipun mau tidak mau
harus bertahan secara ekonomi juga apalagi kalau ‘parahnya’ jatuh kepada silau
dunia di Bali. Ya, secara manusiawi aku meyakini ketika memang utusan memang
sudah berkeluarga nafkah keluarga diutamakan dulu. Atau misalnya putra-putra
Bali yang belajar agama yang sampai timur tengah, jarang yang kembali ke daerah
asalnya, karena disana (entah dimana)
sudah memiliki lahan sendiri atau menikmati tempat-tempat urban mereka.
Paling-paling ketika pulang menetap di Bali, adalah saat-saat usia tua,
saat-saat waktu istirahat. Terus kalau sudah tua tenaganya sudah tidak punya
greget lagi.
Perlu dibayangkan selain da’i
minim, disana ada suatu perkampungan muslim namun tahukah perkampungan
muslimnya seperti apa? Perkampungan muslim yang orang-orangnya pun menganggap
agama Islam sebagai ritualitas. Kondisinya sudah modern ala barat. Lalu kalau
kondisi kampung muslimnya seperti itu bagaimana kampung selainnya? Benar-benar
perlu adanya da’i yang dikirim kesana.
Padahal , Bali dan Islam?
Latar belakang islam di Bali
adalah ketika adanya perjanjian damai dan saling tolong-menolong antara
kerajaan di Bali dan kerajaan Demak pada saat itu. saling memberi hadiah antara
dua kerajaan dimana Bali mendapat hadiah gajah, namun karena orang Bali tidak
pandai merawat dan menggunakannya Bali meminta demak untuk dikirim pawang guna
merawatnya. Konon pawang tersebut adalah tentara Demak sekaligus seorang
muslim. dari situ persahabatan Demak (Islam) dan Bali (Hindu, yang konon juga
pembaharu Bali berasal dari pelarian majapahit) terjalin, mengantarkan kepada
kemuliaan Islam dan orang-orang Islam. Mereka orang Bali mengakui bahwa orang Demak
atau jawa atau yaitu orang Islam adalah sahabat yang suka menolong.
Perkembangan Islam masih
berlanjut dimana ketika Islam memiliki pasukan keamanan diperbatasan Buleleng.
Disana pasukan Islam Berjaya memukul mundur pasukan musuh, bertambah lagi
simpati orang-orang Bali terhadap Islam dan muslim.
Semakin berkembang, ketika selain
akhlak, orang-orang Islam juga dinilai indah. Orang-orang Bali ketika itu belum
mengenal pakaian atas jadi dada tidak ada tutup sama sekali. Baik itu laki-laki
dan perempuan. Dari situ muslim yang menetap di bali mengajarkan berpakaian dan
mengikuti orang Islam dalam berpakaian.
Bali generasi tua mengenal bahwa
saudaranya adalah orang-orang jawa yang identic dengan muslim. baginya yang
dimaksud orang jawa adalah orang Muslim itu sendiri. Generasi tua Bali yang
sangat menganggap orang jawa adalah saudaranya yang sangat dihormati karena
banyak jasa yang ditorehkan seringkali tidak lepas dari perkawinan antara
penduduk Bali dengan orang-orang Islam. Banyak mereka menghadiahkan anak-anaknya
kepada orang jawa. Mereka akan sangat terhormat jika mendapat menantu dari
jawa. Bahkan rela jika harus meninggalkan agamanya. Karena dalam pandangan
mereka meskipun sudah beda agama Islam tidak memutuskan ikatan antara orang tua
dan anak bahkan bakti anak kepada orangtuanya malah semakin bertambah. Beda
kasus ketika hubungan itu dengan Budha, yang secara sejarah sudah bergesekan
atau Kristen yang ketika pindah agama ke Kristen hubungan kekerabatan langsung
terputus atau dipaksa putus.
Banyaknya urban orang jawa di
Bali juga disambut baik. Bagi orang Bali, orang jawa itu cerdas, sopan, lembut,
dan kreatif. Jika menjadi bawahan penurut dan tidak banyak mengeluh. Jika
menjadi atasan mengayomi dan tidak semena-mena. Juga terkenal banyaknya bisa
memasak berbagai macam masakan, katanya juga masakannya enak.
Namun, generassi tua yang sangat
memuliakan orang jawa atau muslim sedikit tersampaikan kepada generasi muda.
Generasi muda bahkan yang paling muda jarang mengetahui sejarah dan latar
belakang (atau bab I hehe), mereka hanya mengenal saat-saat ini saja. Mereka
dilahirkan dan mengenal ketika banyaknya
konflik antar umat Islam sendiri ditambah berita-berita Islam yang tidak
seimbang, lebih-lebih ketika Bali menjadi lahan aksi ‘terorisme’, dan
orang-orang kafir yang tidak menyukai. Semua menjadi tidak berimbang. Pelecehan
agama dimana-mana, Islam dan umat islam dipojokkan. Dan kinilah yang dihadapi
orang Islam yang memiliki ilmu untuk mendakwahkan Islam sebagaimana dahulu.
Dimana yang generasi tua hanya mengatakan orang islam yang baik bahwa mereka
bukan begitu tanpa adanya proses pendidikan. Sedangkan yang muda membabi buta
menggeneralisir. Ya Rabb selamatkan Bali-Mu.
Keadaan Islam di Bali saat ini.
Kasus jilbab anita hanya sebagian
kecil dari keadaan Islam di Bali. Masih banyak sekolah yang melarang
muslimahnya mengenakan jilbab. Sulit menjumpai yang mengenakan kerudung
walaupun kerudung yang belum syari. Sulit akan menemukan kajian-kajian di
masjid karena akan dinilai sebagai orang-orang fanatik. Umat Islam yang
berpecah belah dan sangat fanatic golongan. Anak mudanya yang mengambil utuh
modernisasi kebablasan. Satu kesalahan umat Islam yang menjadi bahan mencari
kesalahan dan pencemoohan. Sedikitnya anak-anak muslim yang dinilai prestatif.
Keadaan yang mengatakan bahwa belajar di sekolah (akademik) yang lebih penting
namun tidak diimbangi spiritualitas ruhani.
Pertolongan Dakwah sangat dibutuhkan di Bali.
Bagiku : tetap saja sangat tidak disarankan ke Bali jika hanya untuk berwisata atau bersenang-senang. Namun, jika on mission fii sabiilillaah maka semoga Allah menolong.
Semangat untuk teman-teman PII di
Bali. Aku berharap semoga segera terbentuk Brigade guna sebagai Penjaga Misi
dan Eksistensi Dakwah Di Bali. Allaahu akbar.
*terima kasih kepada Bang Thufail (kakak dari Mbak Zahra) yang berbagi tentang Bali. meski saya hanya menulis sedikit dari percakapan sebenarnya.
0 komentar:
Posting Komentar