05.21.00 -
OPINI
No comments
Malu Menjadi Pemuda
Menginjak awal menjadi seorang
mahasiswa adalah awal bagi kita disebut sebagai Cah Enom(Pemuda) oleh orangtua
kita. Dimana terasa beda ketika kita masih sekolah karena saat kita masih SMP
atau bahkan SMA sekalipun sebagian dari kita tidak punya malu terhadap
orangtua. Kita masih minta ini dan itu layaknya anak mami atau balita. Kita
berfikir bahwa uang jajan yang diberikan mereka setiap hari adalah milik kita
murni(walaupun itu hak kita dan kewajiban mereka). Lalu pernahkah kita merasa MALU
saat kita masih mengantongi dari mereka dengan menuntut terus mereka???
*tanyakan pada dirimu sendiri*
Saya menulis ini sungguh pun malu
ketika saya masih meminta orangtua padahal saya adalah orang yang tidak suka
dikasihani walaupun itu dari ortu, akan tetapi perlu kalian ketahui saya punya
prinsip yang entah orang lain sudah berfikir seperti ini atau tidak? Atau
memang sudah sudah berfikir seperti itu
tapi tetap menuntut? Oh… bagi saya memalukan. Bisa saya buat komitmen seperti
ini, lihatlah kawan komitmen:
1. Masih
menerima uang dari orangtua => Alhamdulillaah itu tidak lebih dari satu
semester karena saya mendapat masalah baru yaitu BEASISWA BIDIK MISI.
2. Masalah
yang saya sebut sebagai BEASISWA BIDIK MISI. Saya malu masih menerima sebagai
orang miskin.
3. Belum
mampu berpenghasilan dibawah usia 20tahun. Perlu diketahui usia saya sekarang
19 tahun dan saya pun bekerja sebagai Agen Resmi Online penerbit Pro-U Media.
Ah tetap saja saya sedih karena masih amat sangat disibukkan oleh kuliah dan
organisasi-organisasi yang saya ikuti. Disebalik itu tapi saya yakin bahwa
Allah melihat hambanya yang memang punya azzam kuat dan ikhlas-insyaaallaah-.
4. Belum
bisa menyempurnakan rukun Islam padahal saya sudah berIslam sejak saya
dilahirkan. Oh ya Allah berilah hambamu kesempatan untuk berkunjung ke rumah-Mu
yang Mulia.
5. Saya
belum menikah diusia muda ini. Iya sih sebagian besar orang berfikir bahwa usia
dibawah 20-an masih sangat muda, tapi yang paling penting isi dalam hati dan
fikiran yaitu kedewasaan. Jikapun saya belum dewasa tapi menikah adalah suatu
pembelajaran menjadi seorang yang dewasa dan bertanggungjawab. Ditambah lagi
menikah adalah suatu amal yang oleh Rasulullah menyempurnakan setengah agama
karena faidah-faidahnya dan hanya Allah yang menjadi penolong bagi mereka yang
melindungi kehormatannya. Hayo… betul apa betul? Oke tengok para shahabat dan
orang-orang shaleh dulu ya, sebagian besar dari mereka adalah sosok yang
menikah muda dan semakin cemerlang ketika sudah menikah. Lihat Usamah bin Zaid
yang menikah dibawah usia 16tahun dan ketika diusia 18tahun karirnya semakin
cemerlang menjadi panglima besar kala
itu. Lihat Mushab bin ‘Umair yang diusia mudanya menjadi duta dakwah Rasulullah
di Madinah sebelumnya sudah menikah. Atau shahabat yang sering dijadikan ikon
percintaan para ikhwan dan akhwat,upss… iya betul ‘Ali bin Abi Thalib sosok
menantu Rasulullah yang semakin cemerlang dalam dakwah dan kecerdasannya setelah pasca pernikahan dengan
Fatimah, walaupun banyak diangkat bahwa kehidupan belia radhiyallaahu ‘anhu
harus susah payah tapi kita tidak boleh menolak sisi yang lain. Cukup masalah
menikah sudah terlalu banyak penjabaran.
6. Diusia
muda saya belum bisa turut serta berjihad al qital. Ya saya sedih akan tetapi
tidak mengurangi usaha saya untuk terus berusaha sehingga Allah berkenan
memilih saya dalam cita-cita ini. Aamiin.
Saya tidak tahu apakah saya sebagai pemuda salah
menempatkan malu atau bagaimana saya masih awam tapi itulah perasaan saya. Saya
tidak peduli oleh omongan diluar sana yang merendahkan atau sekedar mengaku
sebagai yang lebih tua. Saya hanya ingin menjadi diri sendiri dengan
bergandengan kepada prinsip-prinsip saya terutama sebagai MUSLIM. Allaahu
akbar… Allaahu akbar…!
JADI kawan masihkah kita akan hanya mengikuti aliran
peradaban yang menggilas kreativitas dan kemandirian kita? Ayo isi usia kita
dengan kemandirian, kualitas dan tentunya tidak mubazir terhadap usia kita
juga. Raih bintang sedini mungkin.
Semoga Allah meridhoi.
0 komentar:
Posting Komentar