18.38.00 -
CURAHAN HATI
No comments
Membedah Syair : Keadilan Dunia
Perihal
curahan syair kemarin yang saya postingkan rupanya menimbulkan kontroversi bagi
sebagian. Saya tidak bermaksud untuk menyakiti siapa-siapa. Saya hanya ingin
menghibur teman-teman yang sering remidi padahal mereka sungguh mengorbankan
waktunya untuk belajar, ada yang remidi dua kali eh malah divonis tidak lulus,
ada yang remidi segunung pula padahal usahanya sungguh luar biasa. Saya tidak
tega dengan keluhan manusia normal (apalagi amanah yang ada dipundak selalu
mendorong untuk menghibur mereka).
Supaya tidak
menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan, saya akan membedah syair saya
sendiri.
Ada
yang berusaha sungguh-sungguh tapi belum sampai mendapatkan yang diinginkan.
Ada
yang berusaha setengah-setengah , bahkan tidak
Tapi
mendapatkan apa yang diinginkan.
Tidak
adil ?
Ya
kawan, tidak adil. Ingat kita masih di dunia, belum di akhirat.
Jika
dunia tidak bisa memberi keadilan bagimu
Maka
sungguh bahwa akhirat bisa memberi keadilan bagimu.
Dunia
ini sarana, akhirat adalah tujuan.
Jangan
tanggung untuk berproses.
Jangan
tanggung untuk syurga.
Jangan
tanggung untuk meraih ridho Allah.
Ingat
manusia tidak akan bisa memberi keadilan bagimu,
Allah
yang memberi keadilan bagimu.
Semoga
Allah menolongmu,
Di
dunia-Nya dan di akhirat-Nya.
Sebab ku
tuliskan syair nasihat ini adalah ketika saya melihat keadaan sosial dalam diri
teman-teman seangkatanku yang sedang berada digaris batas bosan dengan kuliah
matematik disebabkan usaha yang dilakukan dengan nilai yang didapatkan kurang
memuaskan. Sungguh sangat normal jika orang kuliah adalah harapannya nilai yang
baik atau bagus, tapi tidak bisa semudah itu (khususnya di pendidikan
matematika uns). Tapi kenormalan itu tidak menjadikan suatu alasan untuk
membenarkan bahwa ‘selalu’ nilai yang kita kejar. Bahkan harapan dosen paling
besar pun , bukan sekedar nilai yang diinginkan dari mahasiswanya tapi juga
kematangan akan kefahaman yang dicapai dengan matematika itu.
Ada
yang berusaha sungguh-sungguh tapi belum sampai mendapatkan yang diinginkan.
Ada
yang berusaha setengah-setengah , bahkan tidak
Tapi
mendapatkan apa yang diinginkan.
Dunia
seperti ini pun wajar. Ada yang sungguh-sungguh, ada yang memilih porsi
sendiri-sendiri akan kesungguhannya, bahkan berlaku dzalim dan curang. Tiap
masing-masing semoga tahu sendiri. Namun, jangan dikira keinginan akan
terpenuhi semua. Asas ‘man jadda wajada’ bukan berarti asas tersebut membawa
hukum seketika langsung jadi. Yang harus kita yakini pertama adalah hasil yang
sesuai usaha, kedua adalah rintangan dan ujian yang berlaku dalam asas itu yang
menguji kita masih setiakah dengan asas itu atau tidak, yang berimplikasi pada
waktu yang kita terima akan asas itu.
Dalam asas
itu kita akan jatuh, bukan hanya sekali dua kali walaupun ada yang diberikan
seketika oleh Allah. Jadi jangan temen2 itu putus asa. Hasil yang dicapai belum
sesuai yang diinginkan adalah yakini bahwa itu masih proses. Hasil adalah Allah
yang tentukan. Karena Allah yang menetukannya sehingga Allah sendiri tidak akan
menyalahi janjinya, walaupun itu urusan dunia. Harus diingat, bahwa asas ‘man
jadda wajada’ adalah benar.
Tidak
adil ?
Ya tidak
akan adil secara intuisi. Dengan sorot mata dunia. Dengan sorot mata manusia
tidak akan adil. Makanya seharusnya tidak akan kita melepas usaha kita daripada
kekuasaan Allah itu sendiri.
Ya
kawan, tidak adil. Ingat kita masih di dunia, belum di akhirat.
Jika
dunia tidak bisa memberi keadilan bagimu
Maka
sungguh bahwa akhirat bisa memberi keadilan bagimu.
Dunia
ini sarana, akhirat adalah tujuan.
Benar ,
dunia tidak adil. Karena mindset yang kita terima adalah dari suatu hukum
positif manusia. Nilai ujian yang kita dapat dari seorang dosen adalah nilai
diatas kertas atas ujian yang kita kerjakan. Hal itu belum memberi kecukupan
atas hati kita, bagaimana keadaan kita saat mengerjakan, bagaimana posisi kita
dengan amanah lain, dst. Mereka –para dosen- tidak akan bisa menilai ujian
sampai zona tersebut. Makanya manusia tidak akan bisa memberi keadilan yang
hakiki itu sendiri. Oleh sebab itu, sebenarnya lawan dari implikasi kita dari
pemberian manusia adalah pemberian Allah. Dan pemberian Allah dengan
keadilannya adalah dunia dan akhirat. Dunia sebagai pemberian untuk kita
berproses dan akhirat adalah pemberian dari hasil yang kita usahakan dalam
proses di dunia ini. makanya ada syurga ada neraka, pengadilan akhirat, dll.
Sehingga apa yang kita yakini seharusnya menjadi sebuah tolak ukur bahwa kita
melibatkan akhirat dalam proses di dunia sehingga itulah yang menetramkan
hatimu. Jadikan dunia sebagai sarana dan akhirat adalah tujuan.
Jangan
tanggung untuk berproses.
Jangan
tanggung untuk syurga.
Jangan
tanggung untuk meraih ridho Allah.
Dari semua
ini tuntunan proses yang diyakini tersebut adalah sebuah kalimat dari lisan ini
‘jangan tanggung untuk sebuah hal yang maksimal’. Melalui proses duniamu , kamu
ahrus bisa mencapai syurgamu, dengan melakukan segala kegiatanmu dengan apa
yang diridhokan Allah. Setuju ?
Kemudian
saya nasihatkan dan doakan kepada diri sendiri dan semua teman-teman
seangkatan, dan semua pada umumnya.
Ingat
manusia tidak akan bisa memberi keadilan bagimu,
Allah
yang memberi keadilan bagimu.
Semoga
Allah menolongmu,
Di
dunia-Nya dan di akhirat-Nya.
Terima kasih
atas nasihat yang diberikan atas syair ini sehingga saya merasa perlu
menjelaskan syair ini dengan penjelasan yang menurut apa yang menjadi tujuan
saya berfikir.
terima kasih juga saya ucapkan bagi teman-teman yang sudah terhibur dengan nasihat akhirat ini.
Semoga Allah menolong kita sekalian.
0 komentar:
Posting Komentar