10.48.00 -
CURAHAN HATI
No comments
Wajah Tidak Menyerah
Saya tidak melihat wajah ‘menyerah’mu
mas.
Aku
bingung, mengapa tiba-tiba ngomong seperti itu, apalagi terdengar aneh dan ada
tanda diantara kata menyerah. Hmm… daripada menduga-duga saya tanyakan maksud
darinya. Kemudian ada balasan dengan nada FB yang sudah tidak asing itu.
Lha kamu nge-like statusku, padahal kamu
santai saja kuliah haha
Seketika
aku pengen ketawa. Mengapa ? yang atas bilang tidak menyerah yang satunya
bilang santai. Hmm… jadi merasa punya hal yang bertolak belakang dalam diri
ini. Ku tanyakan mungkin teman seperjuanganku itu sedang galau kuliahnya. Eh
ternyata benar, katanya lagi : “levelnya
sudah lebih dari galau, dst…”.
Sebenarnya
terharu sekali dengan hal semacam itu. apa yang digambarkan tentang diriku bisa
diartikan bahwa aku tidak pernah galau “kuliah”. Aku jawab kepada diri sendiri
“Itu tidak benar.”. Kemudian aku memberi motivasi yang semoga bermanfaat bagi
dirinya yang intinya “sebisanya dalam berusaha dan yang pertama diyakini adalah
pertolongan Allah.
Karena
mesej seperti itu aku mencoba melihat diri sendiri. Trenyuh, meneteskan air
mata itu biasa. Aku mencoba melihat, melihat, dan melihat kepada diriku sendiri.
Aku sangat bahagia bisa duduk di FKIP, namun bagiku tidak optimal karena harus
membagi waktu-waktu yang tidak pernah istirahat sedang aku manusia yang butuh
istirahat. Kuliah, Belajar, Bekerja, dan Dakwah adalah bukan sekedar kuliah di
FKIP, boleh jadi ini adalah empat jurusan yang berbeda. Seminggu waktu terasa
habis. Orangtua terasa melambai, bahkan kematian pun mengikuti dengan
kekhawatiran bagaimana jika aku mati sedang orangtuaku belum bahagia dengan
harapan yang dipikulkan dipundakku ? bagaimana jika mereka mati sedang aku
masih begini ? Bekerja, ketika teman-teman malamnya belajar kadang dalam
seminggu dua hari aku tunaikan untuk mendidik adik didikku dengan bonus adalah
upah dengan mengajarkannya matematika –semoga kalian sukses- . dan ini pun sudah
ada tambahan Ahad dan Kamis. Lalu organisasi dakwah ? aku tidak terlalu membuat
fikiran yang mengimbaskan kepada kuliahku. ah… semua itu aku tepis saja,
bukankah jurusan DAKWAH adalah Dosennya Yang Maha Agung. Aku pasti
ditolong-Nya. Ya…Aku bermodal keyakinan.
Aku
kemudian, mencandainya dengan mengatakan,
“paling tidak ada yang mengatakan tidak ada
wajah menyerah dari saya daripada ada yang mengatakan tidak mengurusi
kuliahnya. hehe”
Dibalasnya,
“Dibalik wajah tidak menyerah ada sedikit sisi
tidak mengurusi kuliahmu memang mas haha. Bagaimana tidak ? kamu mudah sekali
tidak masuk kelas :D”
Kubalas,
“Hehe ada benernya juga… ya itu tadi, saya
juga manusia *****. Kadang males kadang juga berapi-api. Hmm…tapi kayaknya
banyak malasnya…”
Dari
percakapan itu kembali aku berfikir karena kalimat ” Bagaimana tidak ? kamu
mudah sekali tidak masuk kelas :D” huh aku juga menyadari jikalau aku memang
kadang tidak masuk. Teringat beberapa hari yang lalu terancam tidak lulus
karena sudah tidak masuk dua kali. Beberapa hari yang lalu ketika perjalanan
pulang dari Semarang, salah seorang teman bertanya kurang lebihnya begini,
“Jadi ikut Advan ?”. ku jawab, “Jadi,
Insyaaallaah.”
“Nanti kamu tidak masuk kuliah berarti.
Katanya bisa tidak lulus ?”
Kata-kata tidak lulus tidak asing bagiku. Aku
menimpalinya,”Ya tidak apa-apa.”
“Nanti tidak lulus-lulus kayak mas ***, kang
*****.” Temanku yang lain menimpali.
Seingatku
setelah itu kujawab dengan senyum. Percakapan diatas begitu sangat berharga
bagiku. Didalamnya terdapat nasihat (lebih tepatnya peringatan) dan hikmah
bahwa jalan mereka (kakak-kakak saya yang lulus lama) adalah mengorbankan untuk
agama ini. aku pilih keduanya nasihat dan hikmah itu sendiri.
Namun,
aku senang karena dibalik hal bahwa sering tidak masuk kuliah (bahkan minggu
depan rencana tidak masuk sepuluh hari), masih ada yang mengatakan “tidak
menyerah”. Itu suatu semangat yang tiada terkira. Sebenarnya kuliah adalah
wasilah untuk bagaimana caranya aku mampu menjadi pendidik sejati. Sekalian aku
nasihatkan untuk temenku –kalau mungkin suatu saat membaca ini- bahwa tujuan
utama kuliah bukan untuk mencari pekerjaan. Namun, selayaknya di FKIP dan
matematika, bagaimana kita menjadi sosok guru sejati dan berfikir logis
(bijaksana), kemudian berkarakter (sesuai motto angkatan kita kan ? Logis,
berkarakter).
Ya,
inti dari semua cerita ini dan bagaimana aku terlihat sebagai seorang yang
demikian diatas bahwa jalan aku diatas keyakinan yang tinggi. Di depan ada
cita-cita menjulang yang aku harus meraihnya. Bahwa keyakinan, cinta,
pengorbanan, telah mengalahkan segalanya. Bagiku keyakinan, cinta, dan
pengorbanan adalah sesuatu yang logis namun jarang manusia memasukkan dalam
jajaran pemikiran logis.
Dalam jalanku,
Pastilah aku tahu
bagaimana pandangan aku tujukan.
Dalam jalanku,
Pastilah iltizam
cinta menyertainya.
Dalam jalanku
pula,
Pengorbanan telah
merenggut aku.
Dalam jalanku,
Bagaimana aku
bisa berhenti.
Dalam jalanku,
Sedang disana ada
wajah yang dirindu.
Hingga pada
saatnya nanti,
Bahwa jalanku
ini, jalan seorang perindu.
Semoga
Allah senantiasa melimpahkan pertolongan-Nya.
0 komentar:
Posting Komentar