06.56.00 -
OPINI
No comments
Ada Cinta didalam Penjara -Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah-
Demi hidupku sungguh buruk permisalan ini
Kalau saja cintamu benar, maka engkau akan
menaati-Nya
Sesungguhnya wujud pencinta pada orang yang
dicintai adalah taat
Ketika dakwah itu adalah wujud dari cinta kepada
Allah, disitu pula ada konsekuensi dakwah yang harus dilaksanakan dimanapun
berada. Karena tidak mungkin juga cinta pilih-pilih tempat untuk tetap
mencintai, apalagi yang dicintai adalah Maha Meliputi segalanya. Ya, tak
terkecuali didalam sel jeruji sekalipun. Identik sekali dengan yang dikatakan
Ibnu Qayyim, “Seandainya yang bisa menyelamatkan seorang hamba dari siksa
hanyalah cinta kepada Allah, maka seyogyanya si hamba tidak mendapatkan balasan
apa pun selamanya dari Allah. Dengan demikian, jika Anda mencintai Allah maka
anda akan berdoa kepada-Nya disetiap tempat, bahkan di penjara sekali pun. Begitulah
kiranya yang pernah dipraktekkan oleh para salafush shalih. Islam adalah amal. Bagus
sekali orang yang mengatakan,’Perbuatan satu orang pada seribu orang adalah
lebih baik dari ucapan seribu orang pada satu orang.’”
Disisi lain juga ketika kita bicara ‘cinta’ dalam
perspektif metafisika atau pun filsafat maka yang kita dapati dari konsekuensi
cinta tiada lain kebahagiaan walaupun pengorbanan dan jalan yang dilalui keras
dan penuh airmata. Lebih dari itu apapun yang dilakukan ‘cinta’ adalah kebahagiaan.
Itu sisilain kita mengkaji ‘cinta’ dalam perspektif yang lain.
Oke, kembali lagi bahwa dakwah adalah cinta. Sebagaimana
yang telah dilalui pendahulu-pendahulu kita, Rasulullah ketika diboikot selama tiga tahun, selang dimasanya Ibnu
Taimiyyah yang dipenjara, Sayyid Quthb, dan kita menilik dimasa kita hidup
dibumi Indonesia ada ustadz Abu Bakar Ba’asyir dan ustadz LHI (jika nantinya
diakhir tidak dinyatakan bersalah). Uhh… ngeri juga ketika kita menyelami kisah
orang-orang yang telah terikat dengan cinta kepada Allah ini. mereka tetap akan
memikat walaupun harus berdakwah didalam penjara.
Coba saya ambil secuil kisah Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyyah dalam biografinya. Kita akan terbuat tercengang ketika ‘ulama masuk
penjara (karena penjara umumnya adalah tempat bagi orang-orang kriminal), tapi
lebih tercengang lagi ketika kita tahu apa yang dilakukan didalam penjara. Bukan
menyesal, sedih, mengeluh atau meratapi nasib sebagai kondisi yang dialaminya.
Bahagia dengan cinta telah mengalahkan segalanya. Mungkin
lebih ekstrim saya katakan cinta dalam hal ini dakwah adalah khamr. Sebagaimana
para pemabuk didalam penjara maka akan tetap mabuk. Sepertinya cocok dengan
konsekuensi dakwah, sebagaimana para da’i yang masuk penjara didalam
penjara maka akan tetap berdakwah.
Didalam penjara Ibnu Taimiyyah mendapati suasana yang
tidak jauh dikatakan ‘memang’ sebagai penjara. Kondisi sangat menyedihkan ,
mereka berbuat kelalaian, bermain-main, menghabiskan waktu dalam kesia-siaan,
dan hilang rasa malunya. Lalu bagaimana penjara bisa menjadikan para penjahat
akan jera . suatu tanda tanya besar yang disematkan didepan muka ‘ulama.
Pertama, Ibnu Taimiyyah menjalankan dakwahnya dengan mengumpulkan
dalam jama’ah kecil dalam shalat, menumbuhkan rasa cinta kepada allah dihati
mereka. Karena menurut beliau sesuatu terbesar dalam penghambaan adalah
mencintai Allah dan konsisten dengan syari’atnya. Kemudian dari cinta yang
tumbuh itu barulah diajarkan fikih, tafsir, hadits, dan cabang ilmu lainnya. Ya,
mereka menerimanya, mencintainya, mendengarkannya, dan mereka mereguk ilmu
Allah.
Sebuah kejutan yang dahsyat ! semua napi ketika habis masa tahanannya,
tiba saatnya keluar, dengan lantang mereka menolak –padahal setiap nara pidana,
kebesan adalah mimpi disetiap harinya-. “Aku tidak mau berpisah dengan Syaikh.”
Itulah kekuatan cinta yang dibangun oleh Syaikhul Islam. Ketika cinta kepada
Allah benar-benar menancap dalam hati, maka otomatis akan mencintai wali-Nya. Akhirnya
walaupun keluar dan berpisah tidak serta merta cinta itu hilang, tapi siapa
yang dikehendaki Allah dengan petunjuknya maka siapa yang bisa menghalanginya. Mereka
yang telah keluar menjadi ‘ulama pula ditempatnya masing-masing, membawa cinta
dari penjara.
Sekelumit kisah dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah. Ingin
sekali mengorek kisah Sayyid Quthb, Ustadz Abu Bakar Ba’asyir , dan Ustadz
Lutfi. Tapi satu penggal kisah induktif ini sudah cukup untuk memenuhi konsep
hadits yang diriwayatkan Ibnu ‘Umar –radhiyallaahu ‘anhu-, bahwa Rasulullaah –shallallaahu
‘alaihi wa sallam- bersabda: orang
mukmin yang berbaur dengan masyarakat umum dan sabar menghadapi gangguan mereka
adalah lebih besar pahalanya daripada orang yang tidak berbaur dengan mereka dan
tidak sabar menghadapi gangguan mereka.
Jadilah engkau orang yang mencintai Rabb-Mu
untuk melayani-Nya
Sungguh para pencinta adalah pelayan
orang-orang yang dicinta.
0 komentar:
Posting Komentar