21.47.00 -
CURAHAN HATI,KAJIAN,OPINI
No comments
Menghadapi Siklus Kesuksesan dan Kegagalan
Pada hakikatnya kesuksesan yang
kita peroleh adalah nikmat pemberian Allah ta’aalaa, sebagaimana firman-Nya,
“Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepadanya di (muka) bumi, dan Kami telah memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu,” (Terjemah QS. Al Kahfi : 84)
Sepakat
ya? Jadi jangan semata-mata berfikir seperti Qarun ya bahwa semuanya berkat
usaha diri sendiri.
Sebenarnya
kesuksesan dan kegagalan adalah hal yang berulang dan itu hal yang biasa. Allah
sering memberi kita pelajaran pada kisah-kisah dalam alQuran, bahkan tidak
sedikit kisah itu diulang-ulang. Senang, sedih, sukses, gagal, bangsa yang dimuliakan,
bangsa yang dihinakan, dan lain-lain. Dan inilah sebenarnya kisah dan keadaaan
yang selalu berulang akan menjawab sebuah siklus kesuksesan dan kegagalan.
Secara
manusiawi, orang yang akan sukses maka akan bertanya kepada orang yang pernah
sukses. Orang yang gagal akan bertanya kepada orang yang sukses juga atau orang
yang pernah mengalami hal yang sama namun mampu bangkit. Ya, orang yang
berpengalaman biasanya menjadi tempat konsultasi permasalahan.
Allah
sudah memberi jawaban semua dari siklus dua sisi yang berlawwanan ini melalui
kisah-kisah. Maka tidak heran bahwa kisah membuat orang akan lebih bijak. Maka
Masyaaallaah ta’aalaa, Ya Rabb Yang Maha Bijaksana.
Islam
mengajarkan sebuah ideologi yang sempurna sebagai sebuah ideologi proses dan
kesuksesan, hingga menghadapi kegagalan. Sebuah nasihat yang sangat bijaksana
dari Sayyidina Umar bin Kaththab radhiyallaahu ‘anhu,
“Aku tidak bahagia dengan kesuksesan yang tidak aku rencanakan dan aku tidak menyesal dengan sesuatu yang sudah direncanakan disertai usaha yang maksimal kemudian tidak berhasil.”
Mengajarkan
bahwa usaha dan kesuksesan adalah penting. Merencanakan takdir untuk sukses
dengan membuat perencanaan-perencanaan sebab akibat yaitu dengan (perhitungan
yang matang) juga merencanakan menghadapi kegagalan yang tentunya bukan untuk
gagal yaitu untuk memperbaiki dan bangkit dari kegagalan. Bahkan bisa dibilang
merencanakan kegagalan adalah sesuai pertimbangan bahwa suatu ketika kita tahu
akan gagal dengan hal yang tidak bisa kita elakkan, yaitu kegagalan yang harus
benar-benar dialami. Sehingga ideology sukses akan mengatakan “Saya tahu akan
jatuh maka saya akan (mengalami) jatuh namun saya (tahu) merencanakan untuk
bangkit”.
Jadi masih
berfikir bahwa ideology ‘kita’ adalah ideology proses saja? Dan masihkah mau
berputus asa ketika gagal?
Hadapilah
siklus kesuksesan dan kegagalan dengan iman. :)
“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan memberikan baginya jalan ke luar (bagi semua urusannya). Dan memberinya rezki dari arah yang tidada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (segala keperluan)nya” (QS ath-Thalaaq:2-3).
0 komentar:
Posting Komentar